Memajukan kesejahteraan umum, sudahkah (?)

Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Para bapa bangsa berharap bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang sejahtera baik rakyatnya maupun pemimpinnya, bukan hanya penguasa saja. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka namun faktanya cita-cita ini belum terwujud. Masih terjadi ketimpangan sosial di mana-mana. Di kota-kota besar banyak kita temui pengemis ataupun gelandangan di jalanan mengharap belas kasihan orang lain untuk makan dan minum. Pertanyaannya, apakah pemerintah kita diam saja menyimak fakta miris tersebut? Melalui artikel ini penulis akan mencoba menganalisis kinerja pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia berdasar dari data BPS mengenai jumlah penduduk miskin.

Berangkat di semester kedua (September) tahun 2013, data dari BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan ada 10.634.470 jiwa dan di daerah perkotaan ada 17.919.460 jiwa dengan total 28.553.930 jiwa. Kemudian di semester 1 (Maret) tahun 2014, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 10.507.200 jiwa di daerah pedesaan, 17.772.830 jiwa di daerah perkotaan, dan totalnya menjadi 28.280.030 jiwa. Lalu di semester 2 (September) tahun 2014, kembali terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan menjadi 10.356.690 jiwa dan daerah perkotaan 17.371.090 jiwa dengan total menjadi 27.727.780 jiwa.

Dalam kurun waktu satu tahun pemerintah berhasil menurunkan angka penduduk miskin sebesar 800.000 jiwa jika dilihat sekilas. Pemerintah kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, dapat dibilang berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin di akhir masa pemerintahannya meski jumlahnya tidak signifikan. Secara persentase, dalam kurun waktu 1 tahun terdapat penurunan penduduk miskin di daerah pedesaan sebanyak 2,6 persen dan daerah perkotaan 3 persen dengan total 2,8 persen. Menurut saya pribadi, penurunan kemiskinan yang dilaksanakan oleh presiden SBY cukup sukses dengan berbagai langkah penghematan energi yang dilakukannya dan keterbukaan kita akan investasi asing. Hal ini menjadi sebuah prestasi manis bagi pemerintahan 2 periode Susilo Bambang Yudhoyono sebelum menyerahkan tongkat estafet pemerintahan ke Joko Widodo.

Melanjutkan perjalanan ke pemerintahan yang sekarang sedang berkuasa, Joko Widodo, mari kita lihat data jumlah penduduk miskin pada Semester 1 (Maret) tahun 2015. Dari penduduk desa terdapat 10.652.640 jiwa dan terdapat 17.940.150 jiwa daerah perkotaan dengan total 28.592.790 jiwa penduduk miskin. Wah kali ini terdapat kenaikkan jumlah penduduk miskin, mungkin karena pergantian rezim dan kebijakan-kebijakan pemerintah baru yang belum bisa diimplementasikan langsung. Berlanjut ke semester 2 (September) tahun 2015, jumlah penduduk miskin daerah pedesaan ada 10.619.860 jiwa dan daerah perkotaan 17.893.710 jiwa dengan total 28.513.570 jiwa. Dalam kurun waktu setengah tahun, pemerintahan baru berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin. Data berakhir di semester 1 (Maret) 2016, jumlah penduduk miskin kembali turun menjadi 10.339.790 jiwa untuk daerah pedesaan dan 17.665.620 jiwa untuk daerah perkotaan dengan total 28.005.410 jiwa. Hal ini menunjukkan kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah Joko Widodo mulai berjalan.

Berawal dengan kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi sebesar 865 ribu jiwa di awal pemerintahannya, pemerintahan Joko Widodo mulai menggerusnya sedikit demi sedikit dengan kebijakan-kebijakan barunya. Jika dilihat melalui persentase, perbandingan antara awal pemerintah dengan data terbaru (Maret 2015 dan Maret 2016) terdapat penurunan sebesar 2,9 persen di daerah pedesaan, 1,5 persen di daerah perkotaan, dan 2 persen secara keseluruhan. Penurunan signifikan di daerah desa terjadi karena kebijakan dana desa oleh pemerintahan Joko Widodo yang apabila digunakan secara optimal amat membantu menurunkan jumlah penduduk miskin.

Secara keseluruhan, pemerintah kita telah berusaha sebisa mungkin untuk memajukan kesejahteraan umum seperti cita-cita bangsa ini. Dari data-data di atas dapat ditunjukkan kecenderungan jumlah penduduk miskin untuk terus turun tiap semesternya. Namun pemerintah bukanlah dewa yang bisa menyulap segalanya menjadi makmur dan bahagia, kita sebagai warga umumnya, mahasiswa khususnya, harus aktif mendukung pemerintah dengan melakukan riset/penelitian yang berguna untuk menekan jumlah penduduk miskin.

Data diambil dari: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1119

 

Menurut Google, Siapakah Kamu (?)

Dalam zaman ini, siapa yang tidak tahu mesin pencari Google. Bahkan muncul bahasa googling dengan artian mencari sebuah informasi via Google. Google merupakan sebuah mesin ajaib yang mampu menjawab setiap pertanyaan yang kita ajukan, entah jawabannya benar atau salah. Lalu, kira-kira apakah yang akan Google berikan pada kita ketika kita mengisikan nama kita sendiri pada kata kunci pencariannya? Pernahkah anda mencobanya dan melihat hasilnya? Kira-kira ada berapa halaman hasil dari pencarian nama kita sendiri? Berikut pengalaman saya…

Mencari dengan kata kunci Yohanes Lauda Adiswara

  1. Page 1: Facebook, Soundcloud, dan website sekolah/universitas/keluarga
Hasil dari pencarian di Google menggunakan kata kunci "yohanes lauda adiswara"
Hasil dari pencarian di Google menggunakan kata kunci “yohanes lauda adiswara”

Pada page pertama, kebanyakan muncul profil sosial media saya terutama dari Facebook dan Soundcloud. Karena pada sosial media dapat diatur mengenai privasi publik, data saya yang ditampilkan merupakan informasi umum seperti nama dan studi. Ada pula berita mengenai saya di blog kakak saya dan website SMA saya, keduanya hanya berisikan informasi umum tentang diri saya. Kemudian dua terakhir ada info keanggotaan saya pada kelas kriptografi elisa dan pengumuman PMB Sanata Dharma. Secara umum, pada page pertama pencarian nama sendiri ini, amat sedikit informasi khusus tentang saya yang dapat diperoleh khalayak. Mari kita lanjutkan ke page 2.

2. Page 2: Data Alumni Sekolah

Meski blog kakak saya masih mendominasi, namun ada yang menarik di page 2, yakni link mengenai data alumni SMP dan SMA saya.
Meski blog kakak saya masih mendominasi, namun ada yang menarik di page 2, yakni link mengenai data alumni SMP dan SMA saya.

Beranjak ke page 2 alias page terakhir (ternyata saya sama sekali tidak terkenal baik di dunia maya maupun di dunia nyata), di sini saya menemukan hal yang menarik. Apakah itu? Yakni link download pdf data alumni SMP Negeri 1 Purbalingga dan data alumni Seminari Menengah Mertoyudan. Bukan sosial media ataupun pemerintah yang memberikan informasi pribadi diri saya, melainkan dua almamater pendidikan menengah saya. Di sana tertulis Nomor Induk Siswa Nasional dan alamat saya yang sejatinya bersifat terbatas namun dapat diakses oleh semua orang. Terjadi kebocoran informasi pribadi di sini oleh instansi pendidikan. Semoga tidak ada yang iseng untuk menggunakannya demi hal-hal yang negatif. Hehe…

Jadi, seperti itulah pengalaman saya mencoba untuk mencari siapa sih diri saya di Internet. Secara keseluruhan, informasi tentang diri saya cukup sedikit di Internet. Untuk lebih mengenal saya lewat sosial media seseorang harus menambahkan saya dahulu sebagai teman baru dapat mengetahui diri saya lebih lanjut. Selain itu, informasi mengenai saya di website pun terbatas pada hal umum seperti nama dan pendidikan.

Pemerintah memang berkewajiban melindungi informasi-informasi privat warganya, namun alangkah baiknya apabila kita sendiri aktif untuk melindungi privasi kita dengan mengindahkan berbagai privacy policy  yang disediakan oleh sosial media. Jangan lupa untuk berbagi data pribadi hanya kepada orang yang telah dipercaya sehingga dapat menghindari penyalahgunaan data untuk hal-hal yang negatif.